CakrawalaiNews.com, AMUNTAI – Sejumlah warga Desa Kota Raja-Jarang Kuantan, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), mengeluhkan sulitnya mendapatkan elpiji 3 kilogram, Selasa (29/4/2025).
Meski tidak terjadi kelangkaan secara umum, kesulitan ini diduga kuat akibat praktik tidak adil yang dilakukan oleh salah satu pangkalan di wilayah tersebut.
Warga menyebutkan, meskipun telah mengikuti prosedur resmi dengan membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) hingga melampirkan Kartu Keluarga (KK), mereka tetap tidak mendapatkan jatah gas bersubsidi. Ironisnya, gas disebut hanya diberikan kepada orang-orang tertentu.
“Padahal mendaftar sudah sesuai dengan aturan, namun tetap saja tidak kebagian gas. Sang pemilik pangkalan pun bilang bahwa gas sudah habis, padahal di dalam rumah masih banyak gas. Saat ditanya, pemilik pangkalan bilang bahwa gas itu punya orang,” ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.
Keterangan serupa juga disampaikan warga lainnya, mereka menyoroti alasan yang kerap dilontarkan oleh pemilik pangkalan, yakni bahwa pasokan gas yang datang dari agen memang selalu kurang dari jumlah permintaan.
“Pemilik pangkalan sering bilang, dari agen sendiri memang ngasihnya tidak sesuai permintaan, hanya mendapatkan 40 tabung saja setiap minggunya, lantaran kurang jadi sering habis duluan. Tapi anehnya, gas tetap terlihat menumpuk di dalam rumah,” ujar warga lainnya.
Saat dikonfirmasi, oleh CakrawalaiNews.com, pemilik pangkalan menyatakan bahwa pihaknya memang tidak menerima kiriman dari agen pada hari ini.
“Hari ini kami tidak mendapatkan kiriman dari agen, mungkin Selasa depan baru dikirim lagi,” ucap istri, dari pemilik pangkalan berinisial Haji M.
Pada kenyataannya, elpiji yang disebutkan tidak mendapatkan jatah kiriman dari agen, ternyata ada, dan dijual kepada sejumlah orang tertentu. Seperti pelaku UMKM yang memerlukan lebih banyak elpiji 3 Kg, dibanding warga biasa, yang hanya memerlukan satu gas untuk keperluan rumah tangga.
Harga gas di pangkalan diketahui Rp 18.500, sementara sang pemilik pangkalan mematok harga sebesar Rp 21 ribu per tabung, sementara harga di eceran sebesar Rp 30 ribu per tabung. Namun, praktik dugaan penyaluran tidak merata ini membuat warga kecewa, karena subsidi seharusnya tepat sasaran.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak terkait mengenai dugaan permainan distribusi tersebut. Warga berharap ada pengawasan ketat dan tindakan tegas agar pendistribusian gas subsidi bisa kembali berjalan adil dan merata.
Penulis: Windi Hidayat
Editor: Aprie
Leave a comment