Beranda Bedah Editorial Ketika Hidup Memaksa Memilih yang Salah: KM dan Jeritan Kaum Terpinggirkan

Ketika Hidup Memaksa Memilih yang Salah: KM dan Jeritan Kaum Terpinggirkan

22
0
Ilustrasi - Kehidupan dengan bayang-bayang suram. Sumber Foto: LovePik

CakrawalaiNews.com, AMUNTAI – KM telah melewati sebagian besar hidupnya. Di usia senja, yang seharusnya diisi dengan ketenangan, ia justru berkali-kali keluar masuk penjara. Bukan karena ia mencintai kejahatan, melainkan karena hidup tak memberinya banyak pilihan. Hal ini diungkapkannya kepada awak media, Rabu (3/12/2025).

KM adalah residivis narkotika.
Namun jauh sebelum itu, ia adalah seorang anak, seorang pekerja, seorang kepala keluarga, dan bagian dari masyarakat yang berharap bisa bertahan hidup dengan cara yang bermartabat.

Kenyataan tak selalu seindah harapan.
Minimnya lapangan pekerjaan, kebutuhan hidup yang tak bisa ditunda, lingkungan yang rapuh oleh pengaruh buruk, perlahan menyeret KM ke dunia yang bahkan dulu ia takutkan: narkotika. Dari sekadar mencoba, sampai akhirnya menggunakan, lalu terlibat dalam peredaran kecil-kecilan demi bertahan hidup.

Ia tahu itu salah. Jelas salah.
Namun apakah kita cukup jujur untuk mengakui bahwa seringkali yang lebih dulu salah adalah keadaan?

Setiap kali keluar dari penjara, KM membawa satu hal yang sama: keinginan untuk berhenti dan memulai kembali. Tetapi dunia di luar tak ramah pada orang sepertinya. Stigma menutup hampir semua pintu. Tak ada yang mau mempekerjakan. Tak ada yang mau mempercayai. Bahkan sekadar diberi kesempatan pun terasa seperti kemewahan.

Di saat itulah narkoba kembali datang, menawarkan solusi instan untuk masalah panjang: uang cepat, aman semu, lupa sejenak dari penderitaan. Maka lingkaran itu kembali berulang. Bukan karena ingin, melainkan karena tidak sanggup melawan sendirian.

KM bukan satu-satunya.
Di balik dirinya, ada ratusan, bahkan ribuan orang lain yang terjebak jalan serupa. Mereka bukan hanya pelaku, tapi juga korban dari rapuhnya sistem sosial yang gagal melindungi mereka yang paling lemah.

Di mana peran kita semua selama ini?

Ketika tokoh agama lebih sibuk mengurus ritual, daripada menyentuh realita kehidupan umatnya.
Ketika pemerintah lebih sering bicara tentang angka, daripada membuka lapangan kerja dan program pembinaan nyata bagi mereka yang ingin berubah.

Ketika aparat hanya memburu pecandu kecil, sementara bandar besar seperti hantu yang tak tersentuh.

Narkoba telah menjadi bisnis gelap yang hidup subur di atas penderitaan rakyat kecil. Dan jika kita hanya sibuk menghukum tanpa mencegah, maka yang kita lakukan bukan menyelesaikan masalah, hanya memindahkannya dari satu jeruji ke jeruji lain.

Cerita KM seharusnya bukan sekadar berita kriminal. Ini adalah alarm kemanusiaan.

Alarm bagi masyarakat, agar lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. Alarm bagi orang tua, agar lebih dekat pada anak-anaknya. Alarm bagi tokoh agama, agar tidak hanya menyampaikan surga dan neraka, tapi juga harapan nyata di dunia.

Dan alarm bagi pemerintah, agar lebih peka, lebih hadir, lebih manusiawi dalam melihat penderitaan warganya. Sebab selama kemiskinan, keputusasaan, dan keterasingan sosial terus dibiarkan, narkoba akan selalu menemukan jalannya.

KM mungkin bersalah. Namun luka yang ia bawa adalah cermin dari luka kita semua sebagai masyarakat. Jika hari ini kita bisa menyelamatkan satu KM saja, memberi satu pekerjaan, satu pelukan, satu kesempatan yang nyata, kemungkin besok tidak akan ada KM-KM lain yang tumbuh dalam kegelapan yang sama.

Karena memberantas narkoba tidak cukup dengan senjata dan borgol. Ia juga butuh hati, kebijakan, dan keberanian untuk memperbaiki kehidupan. Dan itu merupakan tanggung jawab kita bersama.

Editor: Sry

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini