GUNUNG Hauk yang terletak di Desa Ajung, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, kini menjelma menjadi salah satu destinasi favorit baru bagi para pendaki dan pecinta alam.
Gunung Hauk Memiliki ketinggian 1.325 meter di atas permukaan laut (MDPL), gunung ini menyuguhkan keindahan panorama sekaligus menyimpan kekayaan budaya dan kisah mistis yang menarik perhatian.
Situs Suci Suku Dayak Pitap
Gunung Hauk dikenal sebagai gunung suci oleh masyarakat adat Dayak Pitap. Setiap tahunnya, gunung ini menjadi lokasi pelaksanaan ritual Aruh Baharin, yakni upacara adat sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Tak heran jika aura spiritual begitu kental terasa di sepanjang jalur pendakian.
Hujan Ajaib, Antara Mitos dan Pengalaman Nyata
Salah satu keunikan Gunung Hauk adalah adanya mitos lokal bahwa hujan akan selalu turun saat proses pendakian, bahkan saat musim kemarau.
Para pendaki disarankan membawa jas hujan karena hujan ini diyakini sebagai bentuk penyucian diri sebelum mencapai puncak.
Meskipun belum terbukti secara ilmiah, banyak pendaki mengaku mengalami hujan tiba-tiba saat mendaki, menambah kesan mistis tersendiri.

Jalur Pendakian yang Menantang dan Menawan
Perjalanan dimulai dari Desa Ajung, sekitar lima jam perjalanan dari Banjarmasin. Desa ini menjadi titik awal pendakian dan sekaligus gerbang menuju pesona alam pegunungan Kalimantan. Pendaki akan melewati jembatan gantung di atas Sungai Batu Ajung sebelum memasuki hutan lebat yang dipenuhi pohon karet dan bambu.
Setelah melalui pos satu dan dua, pendaki akan tiba di pos tiga yang menjadi tempat istirahat favorit. Di sini terdapat satu-satunya pedagang yang menjual minuman dingin di sepanjang jalur. Lanjut ke pos empat, pemandangan pepohonan kayu habang akan menyambut mata, menciptakan suasana alami yang menenangkan.
Tak jauh dari sana, pendaki akan menemukan batu besar menyerupai kingkong, salah satu ikon unik yang kerap menjadi spot foto.
Menuju Puncak, Sumber Air dan Jalur Ekstrem
Menjelang pos delapan, para pendaki akan menemukan sumber mata air alami yang jernih dan segar. Air ini kerap dijadikan bekal oleh pendaki, karena kejernihannya yang belum tercemar. Namun, tantangan mulai terasa setelah titik ini: tanjakan terjal berbatu dan jalur sempit di sisi jurang menanti.
Waktu terbaik untuk mencapai puncak adalah saat matahari terbit atau terbenam, di mana lautan awan menyelimuti lereng gunung dan menghadirkan panorama magis yang sulit dilupakan.
Lebih dari Sekadar Petualangan
Gunung Hauk bukan sekadar destinasi pendakian. Ia adalah ruang pertemuan antara alam, budaya, dan spiritualitas. Bagi siapa pun yang berani menapaki jalurnya, Gunung Hauk menawarkan lebih dari sekadar keindahan alam. Alam menyuguhkan perjalanan batin yang mendalam serta pelajaran tentang harmoni manusia dengan alam dan tradisi.
Penulis: Alfiannoorrahman
Editor: Aprie
Leave a comment