Home Sejarah Budaya Tugu Perjuangan Divisi IV ALRI di Amuntai HSU; Simbol Terlupakan dari Warisan Perjuangan Perlu Dihidupkan 
Sejarah Budaya

Tugu Perjuangan Divisi IV ALRI di Amuntai HSU; Simbol Terlupakan dari Warisan Perjuangan Perlu Dihidupkan 

Kurang diperhatikan nampak seorang anak kecil sedang memandangi Tugu Perjuangan Divisi IV ALRI yang terletak di Desa Telaga Silaban, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten HSU, Kalsel, Ahad (4/5/2205). Foto: Windi/CakrawalaiNews.com

CakrawalaiNews.com, AMUNTAI – Berdiri kokoh di Desa Telaga Silaban, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).

Sebuah Tugu Perjuangan Divisi IV ALRI menjadi penanda penting sejarah perjuangan rakyat Kalsel dalam merebut kemerdekaan dari penjajahan Belanda.

Namun, kini monumen tersebut tak lebih dari saksi bisu yang terlupakan, terabaikan, dan kehilangan makna di mata generasi penerus bangsa.

Pada batu peringatan di tugu itu tertulis: “Di sini tempat terakhir (Oktober 1949) perjuangan gerilya kemerdekaan Markas Daerah BN 5 Selatan Kuripan Jaya ALRI Divisi IV ‘A’ Pertahanan Kalimantan, Markas Ketentaraan Pembalah Batung. Amuntai Selatan, 16 Agustus 1980.”

Tulisan ini menjadi bukti nyata bahwa lokasi tersebut adalah saksi sejarah terakhir dari perjuangan gerilya kemerdekaan di Kalsel.

Ya Divisi IV ALRI yang terkenal dengan semangat juang dan keberanian tanpa pamrih, pernah bermarkas dan bertempur di tempat ini demi mempertahankan Tanah Air dari cengkeraman penjajah.

Sayangnya, nilai historis yang terkandung dalam tugu tersebut kini seolah terhapus dari ingatan kolektif. Kurangnya edukasi, perawatan, serta minimnya upaya pelestarian membuat masyarakat, terutama generasi muda, tidak lagi memahami arti penting dari tugu ini. Ia berdiri, tapi tak berbicara. Ia hadir, tapi menyiratkan makna.

Nampak tulisan tugu peringatan dari merupakan saksi bisu perjuangan Bangsa Indonesia melawan masa penjajahan. Foto: Windi/CakrawalaiNews.com

Keprihatinan ini seharusnya menjadi cambuk bagi semua pihak. Tugu Perjuangan Divisi IV bukan hanya sekadar batu dan prasasti, melainkan warisan spiritual juga nasionalisme yang perlu dihidupkan kembali.

Ini adalah panggilan bagi para pemuda HSU, dan Indonesia pada umumnya, untuk tidak sekadar menjadi penonton sejarah, tapi pewaris perjuangan.

Membangun masa depan tidak mungkin tanpa menghargai masa lalu. Semangat gerilya, keberanian membela Tanah Air, dan keteguhan melawan penindasan adalah nilai-nilai luhur yang harus diwarisi dan diterapkan dalam konteks kekinian; melawan kebodohan, membangun keadilan serta menjaga kedaulatan bangsa di era modern.

Pemerintah daerah maupun institusi pendidikan hendaknya menjadikan lokasi ini sebagai pusat edukasi sejarah, bukan hanya untuk mengenang, tetapi untuk membangkitkan kembali semangat perjuangan, agar generasi muda tumbuh bukan sekadar sebagai anak bangsa, tetapi sebagai penerus cita-cita kemerdekaan yang sejati.

Meski dengan demikian, banyak sedikitnya wujud perhatian datang dari Pemerintah Desa Telaga Silaba, di mana perawatan masih ditunjukan desa setempat, untuk menjaga, dan memelihara dengan segala keterbatasan, dengan menggunakan dana desa seadanya. Hal ini diungkapkan salah satu warga setempat, yang enggan disebutkan namanya.

“Dengan segala keterbatasan, pemerintah desa setempat, berupaya menjaga serta memelihara sejarah monumen perjuangan ini, meski nilai historisnya berkurang, dan minim informasi, yang jelas di sinilah tempat dari para pejuang mengusir penjajah,” ucapnya, kepada CakrawalaiNews.com, Ahad (4/5/2025).

Penulis: Windi Hidayat

Editor: Aprie

Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BERITA POPULER

Berita Terkait

Dilupakan di Kampung Halaman, Dikenang Sebagai Pahlawan Udara: Kisah Haru Syamsudin Noor Putra Alabio HSU

CakrawalaiNews.com, AMUNTAI – Di tanah kelahirannya sendiri, nama Syamsudin Noor nyaris tak...