Home Kalsel Kab Hulu Sungai Utara Diganjar Penghargaan Menteri, Widya Dewi Buka Mata Publik: Petani Bukan Sekadar Penggarap, Mereka Penentu Masa Depan Pangan
Kab Hulu Sungai UtaraKalsel

Diganjar Penghargaan Menteri, Widya Dewi Buka Mata Publik: Petani Bukan Sekadar Penggarap, Mereka Penentu Masa Depan Pangan

Widya Dewi, sosok pejuang pangan bagi petani di Kabupaten HSU, yang baru-baru ini menerima sebuah penghargaan langsung dari Menteri Pertanian RI, Amran Sulaiman. Widya Dewi untuk CakrawalaiNews.com

CakrawalaiNews.com, AMUNTAI – Tak banyak yang tahu bahwa di balik geliat pertanian Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), berdiri sosok tangguh bernama Widya Dewi, penyuluh pertanian yang baru saja menerima penghargaan langsung dari Menteri Pertanian RI. Penghargaan itu bukan datang begitu saja.

Ia diraih lewat dedikasi, blusukan ke lahan rawa, membina petani milenial, hingga membangun jembatan pemahaman di tengah konflik tata kelola air yang kompleks.

“Penyuluh itu ujung tombak. Tapi petani adalah ujung tombaknya pangan nasional. Kalau petaninya kuat, Indonesia aman,” ujar Widya, dengan penuh semangat, saat dikonfirmasi CakrawalaiNews.com, Sabtu (10/5/2025).

Dengan semangat transformasi pertanian era 4.0, Widya tak hanya memberi penyuluhan di atas kertas. Ia membentuk dua Brigade Pangan di Kecamatan Sungai Pandan pada 2024, hingga kelompok petani milenial berusia 15–40 tahun, yang masing-masing mendapat dukungan hingga Rp 3 Miliar dari Kementerian Pertanian.

Bantuan itu berupa sarana produksi, alat mesin pertanian (alsintan), dan pelatihan modernisasi usaha tani. Wilayah ini memang punya potensi besar. Tercatat 4.445 hektare lahan padi membentang di Sungai Pandan, diperkuat kehadiran Polder Alabio yang menjadi perhatian pemerintah pusat. Dukungan Pemerintah Daerah, terutama dari Bupati dan Wakil Bupati HSU, menjadi angin segar bagi penyuluh, dan petani.

“Kami merasa tidak berjalan sendiri. Ada sinergi dengan pemda, bahkan TNI-Polri juga turun tangan,” tambahnya.

Namun, semua tak selalu mulus. Tantangan terbesar justru datang dari hal yang paling mendasar, yakni air. Sebagai wilayah rawa lebak, HSU dihadapkan pada kondisi ekstrem—banjir saat hujan, kekeringan saat kemarau.

“Masalahnya bukan hanya mengeluarkan air saat berlebih, tapi juga bagaimana mempertahankan air saat dibutuhkan. Ini problem klasik, tapi tak bisa lagi dibiarkan,” kata Widya.

Ia mendorong sistem pengelolaan irigasi berbasis gotong royong dan teknologi, dengan pembagian wilayah watun (1-4) yang memanfaatkan lebak dalam sebagai embung penampungan air.

Sistem buka-tutup saluran, tanggul, dan pintu air menjadi bagian dari mimpi besar mewujudkan polder mini di tingkat desa. Namun semua itu hanya bisa berhasil bila kelembagaan petani, seperti P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air), dibina dan difasilitasi.

“Ini bukan soal teknologi saja. Ini soal mental, soal budaya. Banyak petani kita sudah sepuh, sulit menerima perubahan. Di sinilah peran penyuluh diuji. Kita harus sabar, jadi juru damai, bukan hanya pemberi materi,” ujarnya.

Widya juga menyoroti pentingnya pemerataan bantuan pertanian yang masih terbatas dan rawan menimbulkan konflik sosial. Ia berharap ke depan, mekanisme distribusi bantuan lebih terbuka dan partisipatif.

Meski jalan tak selalu mudah, penghargaan yang ia terima menjadi simbol bahwa perjuangan penyuluh tak sia-sia.

“Ini bukan penghargaan untuk saya saja. Ini untuk seluruh penyuluh yang bekerja diam-diam di sawah, di ladang, di desa-desa yang jauh dari sorotan. Kita bukan hanya bicara pertanian, tapi tentang menjaga hidup,” pungkasnya.

Foto bersama jajaran Forkopimda HSU, saat kegiatan penyerahan bantuan alsintan dari Kementerian Pertanian RI kepada Brigade Pangan se-Kabupaten HSU, di BPP kecamatan Sungai Pandan. Foto: Widya Dewi untuk CakrawalaiNews.com

Riwayat Singkat Sang Pejuang Pangan di HSU:

Widya Dewi

Penyuluh Pertanian Ahli Madya / Koordinator BPP Sungai Pandan

Dinas Pertanian Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU)

Widya Dewi lahir di Amuntai, 21 Februari 1987. Setelah lulus dari MAN 2 Amuntai pada 2005, ia melanjutkan pendidikan ke STIPER Amuntai, kampus pertanian yang saat itu baru berdiri, atas permintaan almarhum ayahnya, Yuliansyah.

Meski menjadi penyuluh pertanian bukanlah cita-citanya sejak awal, ia menjalani pilihan tersebut dengan penuh keikhlasan, dan tanggung jawab.

Menikah di tahun yang sama, Widya tetap melanjutkan kuliah dengan semangat, dan tekad yang kuat. Pada semester empat, ia melahirkan anak pertamanya dan tetap melanjutkan studi hingga berhasil meraih gelar sarjana pada tahun 2009.

Kesempatan besar datang tak lama setelah kelulusan. Saat melihat pengumuman penerimaan CPNS formasi Penyuluh Pertanian yang terpajang di Kantor BKD, tempat kampusnya dahulu menumpang—ia memutuskan mendaftar bersama teman-temannya. Tak disangka, ia lulus dan resmi mulai bertugas sebagai penyuluh pertanian sejak 1 Januari 2010 di BP4KKP Pemkab HSU.

Penempatan pertamanya adalah di wilayah Kecamatan Sungai Pandan, tepatnya di Desa Sungai Pinang dan Sungai Pandan Hilir. Ia menjalankan tugas pokok sebagai PPL sebagaimana mestinya. Pada tahun 2014, ia sempat dipindahtugaskan ke Kecamatan Haur Gading, lalu kembali ke Sungai Pandan pada awal 2018.

Selama bertugas, Widya banyak belajar dari para senior dan rekan kerja lintas sektor, baik di tingkat daerah maupun pusat. Semakin lama, ia semakin mencintai profesinya, terutama karena merasa dekat dengan para petani dan bisa berkontribusi langsung terhadap kemajuan pertanian di daerahnya.

Pesan sang ayah sebelum wafat di tahun 2013 menjadi sumber semangat terbesar

“Jalani tugas sebagai penyuluh dengan sebaik-baiknya, agar bisa membantu banyak orang.”

Pesan itu terus terpatri dalam hati Widya hingga kini. Sebagai anak sulung dari empat bersaudara, ia juga diminta untuk menjaga ibu dan adik-adiknya, sebuah amanah yang terus ia pegang teguh.

Pada 2019, Widya melahirkan anak keduanya. Kini, anak pertama sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, sedangkan anak kedua masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK). Di tengah perannya sebagai ibu, ia tetap mengejar ilmu dan melanjutkan studi ke jenjang Magister Ekonomi Pertanian di Universitas Lambung Mangkurat, yang diselesaikannya pada Mei 2023.

Lebih dari 15 tahun mengabdi sebagai penyuluh pertanian, Widya Dewi adalah potret perempuan tangguh, penuh dedikasi dan terus berkomitmen membangun pertanian yang lebih maju dan sejahtera di Hulu Sungai Utara.

Editor: Aprie

Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BERITA POPULER

Berita Terkait

Bupati Tala Rahmat Trianto Luncurkan Logo Porprov XII-Peparprov V Kalsel 2025 di Pelaihari

CakrawalaiNews.com, PELAIHARI – Bupati Tanah Laut (Tala), H Rahmat Trianto meluncurkan logo...

Babinsa Lampihong-PPL Lakukan Ubinan Sungai Tabuk, Bantu Petani Prediksi Hasil Panen Padi di Balangan 

CakrawalaiNews.com, PARINGIN – Untuk memastikan akurasi data produksi padi, Babinsa Koramil 1001-05/Lampihong...

Kejutan Manis PAN HSU untuk Gubernur Muhidin, Andini: Semangat Kebersamaan dalam Balutan Demokrasi 

CakrawalaiNews.com, AMUNTAI – Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel), H Muhidin, mendapat kejutan spesial...

Harjad Ke-73 HSU, Gubernur Kalsel Apresiasi Kuliner Itik Amuntai

CakrawalaiNews.com, AMUNTAI – Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) H Muhidin, memberikan apresiasi tinggi...