Kronologis Pemicu Insiden Dugaan Penganiyaan di SMA HSU, Guru Akui Emosi Usai Diludahi Siswa

Ilustrasi - Kerja sama guru dan orang tua siswa perlu dibangun untuk menjalin komunikasi yang baik saat menitipkan anaknya di sekolah. Foto: Ai

CakrawalaiNews.com, AMUNTAI – Setelah viral beberapa waktu lalu, kasus dugaan penganiayaan siswa oleh seorang guru di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Hulu Sungai Utara (HSU), Kalimantan Selatan (Kalsel), mulai terkuak penyebabnya.

Guru yang diduga terlibat, akhirnya buka suara dan memberikan pengakuan terkait peristiwa yang saat ini masih menjadi perbincangan di masyarakat, hingga di jagat maya.

Dalam keterangannya, guru tersebut mengaku bahwa kejadian itu bermula saat dirinya menegur seorang siswa berinisial MRB (15), agar tidak lagi melewati ruang guru setiap kali hendak menuju kelas.

Ia menjelaskan jika teguran itu dilakukan sebagai bentuk penertiban dan pembiasaan kedisiplinan di lingkungan sekolah, karena hal itu sangatlah wajar.

“Saya tegur siswa yang bersangkutan, supaya jangan lewat ruang guru bila ke kelas. Tapi siswa itu malah memberi acungan genggaman tangan ke arah saya, sambil menghentakkan kaki, dan menatap saya dengan mata melotot,” ujar guru berinisial HN menjelaskan kronologis awal, kepada awak media, Selasa (14/10/2025).

Merasa sikap siswa tersebut dinilai kurang sopan, guru HN mengaku kemudian berusaha mencari dan menegur kembali sang siswa di selasar sekolah. Saat itu, tangannya kebetulan sedang memegang sebuah buku.

“Saya tanya lagi, kenapa masih lewat ruang guru terus, padahal ada tiga jalan alternatif lain. Tapi siswa itu justru menjawab, ‘Kamu [guru] yang mulai duluan.’ Setelah itu, dia menendang kaki saya dan meludahi wajah saya,” ungkapnya.

Menurut pengakuannya, tindakan spontan yang kemudian dilakukan bukanlah bentuk kesengajaan, melainkan reaksi emosional spontan akibat perlakuan tidak pantas dari siswa tersebut.

“Saya kaget dan emosi karena diludahi. Refleks, saya ayunkan buku ke arah siswa itu karena dia mau meludahi saya lagi,” tuturnya.

Hingga pada akhirnya, beberapa siswa dan dua orang guru yang melihat kejadian itu segera berusaha melerai keduanya. Peristiwa berlangsung cepat dan menimbulkan kegaduhan di lingkungan sekolah, ditambah video dugaan penganiyaan beredar luas di media sosial.

Guru HN kemudian mengaku dipanggil oleh kepala sekolah untuk dimintai keterangan dan menerima teguran resmi atas tindakannya yang dinilai tidak sesuai dengan etika profesi pendidik.

Buntut dari peristiwa tersebut, guru HN juga sudah dinonaktifkan oleh Disdikbud Kalsel. Pihak sekolah hingga saat ini masih berupaya melakukan klarifikasi lebih lanjut untuk memastikan duduk perkara

sebenarnya, dengan melibatkan guru bersangkutan, siswa, serta sejumlah saksi mata di lokasi kejadian.

Peristiwa ini memicu berbagai tanggapan dari publik, terutama setelah video dugaan penganiayaan tersebut beredar luas di media sosial.

Banyak pihak menilai perlunya penyelidikan menyeluruh agar kasus ini tidak menimbulkan kesimpangsiuran dan persepsi yang keliru terhadap dunia pendidikan.

Sejumlah pemerhati pendidikan mengingatkan bahwa hubungan antara guru dan siswa harus didasari saling hormat dan tanggung jawab moral, serta menghindari tindakan yang dapat mencoreng wibawa sekolah.

Sementara itu, aparat penegak hukum disebut juga tengah mempelajari laporan terkait peristiwa tersebut untuk memastikan ada atau tidaknya unsur pidana.

Hingga kini, pihak guru yang bersangkutan menyatakan siap bertanggung jawab dan menyerahkan sepenuhnya proses penyelidikan kepada pihak berwenang. Ia juga berharap agar masyarakat tidak langsung menghakimi, sebelum seluruh fakta dan bukti diperiksa secara utuh.

“Saya sudah mendatangi korban beserta keluarganya untuk meminta maaf, dan saya menyesal karena terbawa emosi, dan berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak agar saling menghormati, baik guru maupun siswa,” pungkasnya.

Secara terpisah, orang tua dari dari siswa yang menjadi korban dugaan penganiayaan di sekolah mengungkapkan bahwa pihaknya tetap menempuh jalur hukum, meski ada upaya mediasi yang dilakukan oleh sejumlah pihak.

Menurutnya, langkah tersebut ia ambil lantaran mendapat dukungan kuat dari berbagai pihak, termasuk salah satunya berasal dari Wakil Bupati HSU.

“Bupati dan Wakil Bupati HSU juga sempat datang menjenguk anak saya. Terutama Wakil Bupati yang secara tegas mengatakan akan mengawal proses hukum agar tetap berlanjut,” ujar MR (40) kepada awak media, baru-baru ini.

MR mengungkapkan, hampir setiap hari dirinya didatangi berbagai pihak, baik dari kalangan instansi maupun swasta, yang kerap menanyakan perkembangan kasus tersebut.

“Setiap hari ada saja orang yang datang ke rumah hanya untuk menanyakan kenapa kasus ini belum juga tuntas, kenapa terduga pelaku belum ditahan? Terus terang kami merasa terganggu, apalagi saya juga harus bekerja setiap hari untuk menafkahi keluarga, mengenai persoalan kasus, silakan tanya di kepolisian,” tegasnya.

Ia menilai proses hukum berjalan lamban, meski perhatian publik terhadap kasus ini cukup besar. MR juga menyampaikan apresiasinya terhadap Dinas Sosial HSU yang telah memberikan dukungan moral terhadap keluarganya baru-baru ini.

Perihal permasalahan ini, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Forum Komunikasi Amuntai (FKA), Akhmad Suldani juga turut angkat bicara.

Ia meminta kepada masyarakat untuk tidak mengambil kesimpulan sepihak berdasarkan video yang beredar di media sosial, dan tetap mempercayakan proses ini kepada aparat penegak hukum.

Menurutnya, baik keluarga korban maupun pihak guru berharap penyelesaian dapat ditempuh dengan adil dan bijak, agar tidak menimbulkan perpecahan di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Sejatinya sekolah tetap menjadi ruang yang aman bagi para siswa.

“Saya mengimbau kepada lapisan masyarakat, agar tidak terpancing dengan informasi yang tidak jelas, dan berpotensi memicu gelombang perselisihan. Kita mengharapkan HSU berjalan kondusif, aman, tentram dan damai,” ujar pria yang dikenal dengan sebutan Paman Isul.

Editor: Aprie

Exit mobile version