Pelatihan Mebel Eceng Gondok Digelar di HSU, Pro-Kontra Warnai Upaya Dorong Ekonomi Kreatif

Dekranasda HSU, membekali pelatihan teknis bagi warga, dalam upaya meningkatkan ekonomi kreatif, melalui pelatihan meubel eceng gondok di Desa Banyu Hirang, Kecamatan Amuntai Utara, Kabupaten HSU. Foto: MC HSU

CakrawalaiNews.com, AMUNTAI – Baru-baru ini, dalam upaya mengembangkan Pelatihan Mebel Eceng Gondok Digelar di HSU, Pro-Kontra Warnai Upaya Dorong Ekonomi Kreatifekonomi kreatif berbasis potensi lokal, Wakil Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Hulu Sungai Utara (HSU), Mayang Melani Hero Setiawan, membuka Pelatihan Teknis Mebel Eceng Gondok di Galeri Ilung, Banyu Hirang, Kecamatan Amuntai Selatan.

Diketahui pelatihan ini digelar selama tiga hari, mulai 21 hingga 24 Juli 2025. Dikesempatan itu, Mayang menegaskan komitmen Dekranasda HSU untuk terus mendorong usaha kreatif masyarakat, terutama yang memanfaatkan sumber daya lokal seperti eceng gondok.

“Pelatihan ini bukan sekadar membuat barang, tapi ini adalah langkah kecil menuju perubahan besar. Eceng gondok yang dulu dianggap gulma, kini bisa menjadi ladang rezeki,” ujarnya.

Ia pun berharap, pelatihan ini dapat menjadi pemantik munculnya kreasi, dan inovasi baru dari kalangan para pengrajin lokal di HSU.

“Lewat tangan para pengrajin yang terampil, eceng gondok bisa diubah menjadi kursi, meja, tas, bahkan produk bernilai tinggi yang diminati pasar,” harapnya.

Namun di balik semangat optimisme tersebut, suara berbeda muncul dari salah satu peserta pelatihan yang enggan disebutkan namanya. Ia menilai bahwa pengembangan ekonomi kreatif, khususnya dari kerajinan tangan berbasis eceng gondok, tidak semudah yang dibayangkan.

“Kenyataannya, meski terus berinovasi, produk kerajinan seperti ini cenderung kurang diminati. Barang-barang kerajinan terasa seperti ‘mati suri’, sulit berkembang tanpa pasar yang kuat,” keluhnya.

Ia juga mengkritisi bahwa pelatihan semacam ini sering kali berhenti pada tahap awal saja, tanpa ada pendampingan lanjutan terkait pemasaran, permodalan, atau akses fasilitas produksi.

Pernyataan tersebut memunculkan pertanyaan besar tentang efektivitas pelatihan ekonomi kreatif yang hanya menitikberatkan pada produksi, namun minim pembinaan jangka panjang.

Tanpa strategi pemasaran yang matang, dukungan modal, dan akses pasar, hasil pelatihan dikhawatirkan hanya menjadi aktivitas seremonial semata.

Sejumlah pihak pun mendorong agar pemerintah daerah bersama Dekranasda tidak hanya memberikan pelatihan teknis, tapi juga menyusun roadmap ekonomi kreatif yang jelas. Mulai dari pembentukan koperasi pengrajin, kurasi produk yang sesuai tren pasar, hingga integrasi digital marketing untuk meningkatkan daya saing.

Pelatihan mebel eceng gondok ini memang menunjukkan itikad baik dalam memanfaatkan potensi lokal. Namun keberlanjutannya sangat bergantung pada ekosistem pendukung, agar semangat kreatif warga tidak terhenti hanya di ruang pelatihan.

Editor: Aprie

Exit mobile version