Di Hari Jadi Ke-73 HSU, Tugu Selawat Megah Berdiri Hiasi Bundaran Kota Amuntai

Nampak megah berdiri kokoh, Tugu Selawat Bundaran kota Amuntai pada dibuka saat momen Peringatan Hari Jadi Ke-73 Kabupaten HSU. Foto: Windi/CakrawalaiNews.com

CakrawalaiNews.com, AMUNTAI –Perayaan Hari Jadi Ke-73 Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) tahun ini terasa semakin istimewa dengan penampakkan Tugu Selawat, di Bundaran kota Amuntai yang kini berdiri megah menjadi ikon religius, serta pembangunan baru bagi masyarakat setempat. Tugu tersebut sebelumnya sempat ditutup untuk umum selama masa pengerjaan.

Tugu Selawat menampilkan perpaduan ornamen Islam bernuansa religius dengan sentuhan estetika modern. Struktur tugu dilapisi tembaga berwarna emas, menjadikannya tampak megah saat siang hari, dan memukau saat malam tiba. Pengerjaan tugu ini menjadi bagian dari penataan kawasan kota yang lebih representatif, dan religius.

“Pembangunan Tugu Selawat tidak hanya menghadirkan keindahan visual, tetapi juga menyiratkan makna filosofis yang mendalam. Ini adalah wujud dari upaya kami menanamkan nilai-nilai Islam dalam pembangunan daerah,” ujar Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PUPR HSU Syaiful Hidayat, mewakili Kepala Dinas Amos Silitonga, Rabu (7/5/2025).

Lebih lanjut, Syaiful mengatakan bahwa, tugu ini dibangun dengan konsep spiritualitas dan keberlanjutan.

“Tugu Selawat menjadi simbol bahwa pembangunan HSU dilandasi keimanan dan ketaqwaan, serta dilakukan secara bertahap, dan berkesinambungan,” tambahnya.

Antusiasme masyarakat pun tampak tinggi. Banyak warga yang datang mengabadikan momen di sekitar bundaran, terutama saat malam hari. Secara terpisah, Suci warga Desa Palampitan Hulu, Kecamatan Amuntai Tengah, mengaku sangat takjub dengan penampilan Tugu Selawat.

“Saya takjub pertama kali lihat tugu ini di malam hari, mungkin hal ini merupakan sebuah wajah baru dari kota Amuntai,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Rahmat, warga Kelurahan Murung Sari, yang menyebut tugu ini sebagai simbol kemajuan daerah yang tetap menjaga identitas keislaman.

“Tugu ini beda dari yang lain. Ada makna di setiap bentuk, dan tulisannya. Semoga ke depan makin banyak lagi perubahan-perubahan yang terjadi, yang dapat diwujudkan oleh pemerintah daerah, dalam membangun Banua,” ungkapnya.

Penampakan Tugu Selawat Bundaran Kota Amuntai, pada malam hari. Foto: Windi/CakrawalaiNews.com

Makna filosofis yang terkandung dari tugu selawat ini:

Struktur utama tugu terdiri dari silinder kokoh bermahkota kaligrafi lafaz Allah SWT, melambangkan bahwa Allah adalah pusat dari segala aspek kehidupan dan pembangunan. Pilar silinder ini mewakili keteguhan iman umat Islam dan kesinambungan ajaran Islam lintas generasi.

Tugu ini juga dihiasi dengan elemen spiral dari kuningan dan tembaga, yang mencerminkan pergerakan dan pertumbuhan masyarakat HSU dalam membangun daerah dengan landasan nilai-nilai keislaman. Sementara itu, kubah geometrik bermotif segitiga melambangkan harmoni, keteraturan, dan ukhuwah antarwarga.

Di bagian ornamen, terdapat tulisan selawat dan syahadat, yang menunjukkan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW dan menegaskan fondasi keimanan masyarakat HSU. Selain itu, stempel khataman an-nubuwwah berbentuk segitiga menggambarkan pilar utama Islam: tauhid, syariat dan akhlak.

Lingkungan sekitar tugu juga ditata hijau dengan air terjun mini dan tanaman, sebagai simbol kemakmuran dan kelestarian alam. Hal ini mencerminkan pentingnya menjaga keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup.

Tulisan “Amuntai Kota Bertaqwa” memperkuat identitas religius kota ini, menegaskan bahwa pembangunan di HSU selalu diarahkan untuk meraih ridha Allah SWT dan kesejahteraan masyarakat.

Tugu ini memiliki tinggi dan diameter 17 meter, angka yang sarat makna historis dan religius dalam Islam maupun sejarah bangsa Indonesia. Di antaranya, 17 rakaat salat wajib, turunnya Alquran pada 17 Ramadan, serta proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.

Simbol Pembangunan Bertahap dan Berkelanjutan

Tugu Selawat juga dibangun secara berjenjang dan bertrap-trap, menyimbolkan bahwa pembangunan di HSU dilakukan secara bertahap, penuh proses, dan senantiasa memohon keberkahan dari Allah SWT.

Dengan segala makna simboliknya, Tugu Selawat tidak hanya menjadi landmark kota, tetapi juga penanda arah pembangunan Kabupaten HSU yang berlandaskan spiritualitas, religiusitas, dan keseimbangan antara kemajuan dan kelestarian.

Penulis: Windi Hidayat

Editor: Aprie

Exit mobile version